Month: Juni 2015

Komunikasi Efektif

Posted on Updated on

Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan media dan cara penyampaian pesan yang dipahami oleh kedua pihak, serta saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara timbal balik.
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.

Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.

Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :

1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.

Stephen Covey menekankan konsep kesalingtergantungan (interdependency) untuk menjelaskan hubungan antarmanusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekadar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata-kata atau pun tulisan kita dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), maka orang lain akan melihat atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari pondasi integritas pribadi yang kuat. Menurut Stephen Covey, justru komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja,sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan untuk yang
terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang
kita lakukan baik di sekolah formal maupun pendidikan informal lainnya. Bahkan menurut Covey, hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian besar pelatihan tersebut adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pemahaman kita terhadap keberadaan orang lain.
Syarat utama agar komunikasi itu efektif adalah kredibilitas
Keterampilan komunikasi antar perorangan adalah kemampuan untuk terus menerus membangun kredibilitas dan dapat
dipercayanya segala apa yang kita komunikasikan. Untuk membangun kredibilitas harus ada isi pesan yang jelas, suara/intonasi dalam menyampaikan pesan dan wahana bagaimana orang itu menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang tidak konsekuen dengan ketiga hal tersebut, maka akan menentukan kredibilitas sesorang, semakin tidak konsekuen akan menjadi semakin “tidak dipercaya”.
Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81)menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.
Menurut Thomas Leech dalam bukunya “Say it like Shakespeare”. Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu:
(1) Pengirim pesan (sender),
(2) Pesan yang dikirimkan (message),
(3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media),
(4) Penerima pesan (receiver),
(5) Umpan balik (feedback).
Leech menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya, banyak orang menghabiskan waktunya untuk melakukan,paling tidak,salah satu keempat keterampilan itu.
Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.
Bagaimanakah caranya agar kita mampu melakukan komunikasi yang baik, komunikasi yang dua arah, komunikasi yang efektif, sehingga target informasi yang harus disampaikan ataupun diserap sesuai dengan harapan ?

SIKAP POSITIF DALAM BERKOMUNIKASI
Kemampuan berkomunikasi secara efektif penting dikuasai karena peranannya yang sangat vital dalam hubungan antar manusia. Dalam pergaulan sehari-hari sering diketemukan bahwa kemampuan berkomunikasi dapat memperlancar atau sebaliknya dapat pula menghambat hubungan interpersonal tersebut. Demikian pula dalam menjalankan tugas sebagai petugas kesehatan, kemampuan petugas dalam berkomunikasi akan sangat menunjang keberhasilan tugasnya mengelola pelayanan kesehatn baik di rumah sakit, klinik maupun di puskesmas

Walaupun kita menghabiskan sebagian besar waktu sejak bangun di pagi hari untuk berkomunikasi hingga kita merasa bahwa berkomunikasi sama mudahnya seperti kita menghela napas, namun ternyata tidak semua komunikasi yang kita kerjakan membuahkan hasil yang kita inginkan. Komunikasi dianggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Misalnya, kita jarang secara khusus belajar bagaimana cara menulis, membaca dengan cepat, berbicara secara efektif, atau kita bahkan tidak merasa perlu menjadi pendengar yang baik. Padahal, semua kemampuan itu penting artinya dalam interaksi kita sebagai mahluk sosial. Demikian pula dengan persiapan-persiapan khusus agar komunikasi yang kita lakukan pada orang lain dapat berjalan dengan efektif, tentunya sering tidak kita hiraukan.
Seseorang sering mengkomunikasikan perasaan mereka dengan isyarat non-verbal. Kita cenderung menyampaikan isyarat tentang perasaan kita dengan hal-hal yang kita lakukan bukan dengan kata-kata. Ini disebut sebagai komunikasi nonverbal. Kita akan lebih efektif berkomunikasi jika memahami komunikasi nonverbal yang sering diungkapkan melalui bahasa simbol seperti tanda petunjuk, tanda larangan, suara bel atau lonceng, dan simbol status. Atau yang disampaikan melalui bahasa tubuh seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, dan berbagai isyarat lainnya. Demikian pula sebaliknya, sikap, perangai, dan hal-hal non verbal lainnya dari diri kita terkadang mempengaruhi orang lain dalam memahami isi pesan yang kita sampaikan.
Menjaga sikap positif dari diri kita selama melakukan komunikasi dengan orang lain tentunya harus kita lakukan seoptimal mungkin agar terjadi komunikasi yang baik dan efektif antara kita dengan orang lain. Beberapa hal dalam membangun sikap positif kita dengan orang lain akan diulas, mulai dari dalam diri (inner sight) berupa pengenalan diri, sampai pada pengenalan apa yang kita kerjakan sehingga kita siap dengan sikap dan pikiran positif menghadapi orang lain.
Menurut pendekatan dari Dr. Patricia Paton yang mengemukakan 3 paradigma agar interaksi dengan orang lain bisa berjalan secara efektif. Paradigma yang akan kita kupas adalah:
1. Bagaimana kita memandang diri sendiri
2. Bagaimana kita memandang orang lain
3. Bagaimana kita memandang tugas/ pekerjaan

1.1 MENGENAL DIRI SENDIRI
Dr. Patricia Paton mengemukakan bahwa sebelum kita dapat menghargai orang lain, dalam hal ini adalah pelanggan, kita perlu memberikan perhatian dan penghargaan pada diri sendiri (pada kemampuan kita, pada pengetahuan kita, pada keterampilan kita, dan pada penampilan kita).
Ternyata hal ini sesuai juga dengan ungkapan “Ajining diri soko lathi, ajining raga soko busono” dalam Bahasa Jawa (lokal/ nasional) tersebut memiliki arti bahwa berharganya diri kita, berasal dari ucapan (lidah) kita, sedangkan berharganya badan (raga) kita dari cara berpakaian kita. Ungkapan tersebut mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita pakai, penampilan kita, tutur kata kita, serta ucapan-ucapan kita akan menimbulkan reaksi timbal balik penghargaan/ sikap hormat orang lain kepada kita.
Untuk dapat mengenali siapa diri kita kita dapat melakukan simulasi berikut ini:

Coba tuliskan 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk tentang diri anda pada kolom di bawah ini:

Nama : ………………………………………………….

NO. HAL-HAL YANG BAIK DARI ANDA HAL-HAL BURUK DARI ANDA
1. ……………………….. ……………………….
2. ……………………….. ……………………….
3. ……………………….. ……………………….
4. ………………………. ……………………….
5. ………………………. ……………………….

Coba berikan lembar di bawah ini pada masing-masing teman anda (2 orang atau lebih), minta tuliskan 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk tentang diri anda seperti pada kolom di bawah ini:
NO. HAL-HAL YANG BAIK DARI ANDA HAL-HAL BURUK DARI ANDA
1. ……………………….. ……………………….
2. ……………………….. ……………………….
3. ……………………….. ……………………….
4. ………………………. ……………………….
5. ………………………. ……………………….

Kemudian kumpulkan hasil yang anda buat dengan yang teman-teman anda buat dan tuangkan pada sebuah tabel.

Khusus untuk jumlah yang sama, coba kenali dan tandai hal yang anda tulis, dan ternyata sama dengan yang teman anda tuliskan. Jumlahkan dan tuliskan pada kolom ”jumlah yang sama”. Sedangkan ”jumlah tambahan” adalah jumlah semua hal yang ditulis teman anda dikurangi jumlah yang sama. Misalkan anda menuliskan 10 hal tentang diri anda, ternyata teman anda juga menuliskan 4 hal yang sama dengan yang anda tuliskan, maka jumlah yang sama adalah 4. Artinya teman anda mengetahui 4 hal tentang diri anda. Sedangkan jumlah tambahan adalah 20 – 4 = 16, itu adalah hal-hal tambahan tentang diri anda yang dikenali teman-teman anda.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pendekatan Johari Window yang dipergunakan pada simulasi ini.
Johari Window adalah teknik yang ditemukan oleh dua psikolog Amerika, Joseph Luft (1916 – 2014) dan Harrington Ingham (1914 – 1995), berguna membantu orang dalam memahami hubungan dirinya dengan orang lain. Charles Handy menyebut konsep ini sebagai ”Johari house” dengan 4 ruang (Jo diambil dari Joseph, sedangkan Hari diambil dari Harrington). Ruang pertama disebut open (arena/ terbuka) adalah bagian diri dimana baik diri sendiri ataupun orang lain mengetahuinya. Ruang kedua disebut blind spot (buta) adalah bagian diri yang dikenali orang lain walaupun diri sendiri tidak menghiraukannya. Sedangkan ruang ketiga disebut hidden (facade/ tertutup) diisi beberapa hal dari diri yang kita sembunyikan dari orang lain. Dan ruang keempat disebut unknown (tidak dikenali/ gelap), berisi bagian diri yang baik secara sadar atau tidak sadar tidak diketahui oleh diri sendiri ataupun orang lain. Untuk lebih mudahnya Johari Window dapat digambarkan sebagai berikut:
Enter Post Title Here

Penerapan Johari Window pada komunikasi menempatkan seseorang agar perlu memperluas daerah terbuka pada dirinya, sehingga baik diri sendiri atau orang lain memahami semua hal dari dirinya baik positif atau negatif. Orang lain akan lebih mengenal kita dan tidak segan atau salah tingkah menghadapi kita, mereka akan dengan mudah memahami siapa diri kita dan tidak canggung berkomunikasi dengan kita. Sebaliknya kita pun lebih mengenal lebih banyak tentang diri kita dari orang lain, terutama hal-hal yang tidak kita hiraukan selama ini. Kita lebih cermat mengelola diri kita agar tidak menyinggung orang lain atau menghambat komunikasi kita dengan orang lain.
Beberapa teknik dapat dilakukan dalam rangka memperluas daerah terbuka kita, atau dengan kata lain membuka diri pada orang lain. Salah satunya adalah dengan mengenali tanggapan (feed back) orang lain, baik yang berupa kata-kata, sindiran, cara bertutur, ataupun perilaku non verbal lainnya (isyarat, raut muka, perilaku tertentu) terhadap kita. Dari sini kita dapat menilai adanya hal-hal yang perlu diperbaiki dari diri kita. Kemudian kita perlu melakukan pembuktian (self discovery) dengan cara menanyakan pada orang lain, ataupun melakukan hal-hal lain untuk memperjelas dugaan kita atas tanggapan orang lain. Atas dasar inilah kita melakukan perbaikan diri, atau mungkin penjelasan lebih lanjut mengenai siapa diri kita yang sebenarnya pada orang lain.
Hal lain yang dapat kita lakukan adalah curhat (curahan hati/ self disclosure), yaitu kita menyampaikan isi hati kita pada orang yang kita percaya. Tentunya kita curhat mengenai beberapa hal yang patut kita kemukakan pada orang lain, dan kita perlu memilih secara cermat pada siapa kita melakukan curhat itu, agar tidak disalahgunakan orang lain ataupun merugikan kita sendiri kelak di kemudian hari. Secara singkat, beberapa teknik membuka diri dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Enter Post Title Her1

Dari bagan di atas, maka kita menemukan kata kunci membuka diri adalah dengan berani bertanya (ask) dan mengemukakan (tell) pada orang lain. Namun bagaimana sikap kita bila hal-hal yang orang lain kemukakan tentang kita ternyata tidak benar? Tidak perlu marah, kecewa, dan dendam. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak mengenal siapa diri kita yang sebenarnya. Kita perlu membuktikan melalui pikiran, perkataan, sikap, dan perilaku kita bahwa apa yang mereka kemukakan adalah salah.
Bagaimana? Sudah pahamkah mengenai Johari Window? Sekarang mari kita kembali pada tabel terakhir yang sudah kita isi, tentunya cermati isi dari kolom ”jumlah yang sama” dan ”jumlah tambahan”. Kemudian isi tabel berikut ini.

Enter Post Title Her2

Perihal Diri Mengenal diri Tidak mengenal diri
Diketahui orang lain Daerah Terbuka
Jumlah yang sama: … Daerah Buta
Jumlah tambahan dari teman: …..
Tidak diketahui orang lain Daerah Tertutup
Jumlah yang anda tulis dikurangi jumlah yang sama: …. Daerah Gelap
Hasil lain dari psikotest/ uji potensi diri lain: …..

Nah, sekarang coba bandingkan berapa banyak nilai dari masing-masing ruang. Kecuali ruang keempat/ daerah gelap, karena diisi berdasarkan hasil uji potensi diri yang sudah anda lakukan sebelumnya. Tentunya kita bandingkan antara jumlah di daerah terbuka dengan gabungan jumlah daerah yang lain. Kita menemukan betapa kecilnya pengetahuan akan diri kita sendiri, baik potensi yang positif ataupun hal-hal yang negatif dari diri kita.
Beberapa hal yang perlu kita renungkan mengenai diri kita diantaranya adalah:
– Terkadang walaupun sudah lama kita menjalani hidup ini, namun masih ada bahkan banyak hal mengenai diri kita yang tidak kita ketahui.
– Apalagi orang lain, mereka terhalang berbagai alasan untuk mengenal kita jauh lebih baik.
– Beberapa hal membutuhkan orang lain untuk mengungkap siapa sebenarnya diri kita. Hal ini membutuhkan kesadaran diri kita akan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain.
– Demikian sebaliknya orang lain membutuhkan keterbukaan kita mengenai siapa diri kita yang sebenarnya, dan tentunya hal-hal yang patut saja.
– Berbagai potensi diri tentunya perlu dicari dan dikembangkan demi membangun citra positif kita.
– Hambatan dalam membuka daerah terbuka kita seluas-luasnya pada orang lain membuat kita tidak percaya diri dalam berinteraksi atau bahkan berprasangka negatif pada orang lain

– Demikian pula orang lain akan menjadi canggung, dan serba salah ketika berinteraksi dengan kita karena tidak mengenal kita sepatutnya.

Bagaimana? Sudah terbayang apa yang perlu kita lakukan untuk memperbaiki kualitas diri kita? Silakan rencanakan perubahan diri dan tentukan jangka waktu yang dibutuhkan, karena perubahan butuh waktu.
Simulasi ini dapat dikembangkan dengan menambah jumlah isian, ataupun diganti dengan metode lain dengan titik tangkap pada perubahan diri demi memperbaiki interaksi dengan orang lain. Selamat mencoba.

1.2 MENGENAL KLIEN

Setelah kita mengenal diri sendiri, maka untuk meningkatkan efektifitas komunikasi kita pada orang lain, terutama dalam hal ini adalah pelanggan, maka sangat perlu kita mengenal apa, siapa dan bagaimana pelanggan yang akan kita layani.
Tentunya tidak sembarang kita mengenal orang lain, namun ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan selama mengenali orang lain. Lakukan hubungan yang emosional secara positif dengan orang lain (pelanggan) dan dengan apapun yang kita kerjakan. Kita perlu menghargai keberadaan mereka. Hubungan emosional yang positif dapat dikatakan sebagai hubungan emosional yang hangat, akrab dan menyenangkan. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membangun hubungan emosional yang positif, diantaranya dengan memperkenalkan diri (menunjukkan bahwa kita terbuka pada orang lain), tersenyum (tentunya berasal dari hati kita yang senang bergaul dengan orang yang baru), mengobrol ringan atau sesuai dengan minat lawan bicara kita (menunjukkan bahwa kita sependapat dan tidak asing bagi mereka), dan lain sebagainya.
Saat mengenal orang lain, kita jangan lupa memperhatikan beberapa tanda dan gejala yang sifatnya non verbal dari lawan bicara kita, diantaranya:
1. Tutur Kata
Tutur kata dapat mewakili karakter seseorang. Dengan memperhatikan tutur kata seseorang saat dia berbicara, maka
kita dapat memperkirakan bagaimana karakternya. Tentunya bukan rangkaian kata-kata yang diucapkannya semata, namun bagaimana dia bertutur. Dengan kata lain bagaimana dia mengucapkan kata demi kata dalam rangkaian kalimat. Dari sini kita dapat memperkirakan apakah dia seorang yang penyabar, pendendam, pemarah, atau lainnya.
2. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini diartikan sebagai gerak-gerik tubuh atau bagian tubuh baik disengaja ataupun bukan yang terjadi pada saat seseorang terdiam atau saat berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa tubuh erat kaitannya dengan kondisi seseorang dan juga dapat menunjukkan suasana hati seseorang. Kita dapat dengan mudah mengenali apakah seseorang itu sedang bahagia, kecewa, atau susah, hanya dengan memperhatikan bahasa tubuhnya.
3. Perbuatan
Perbuatan adalah buah dari tutur kata dan bahasa tubuh. Walaupun perbuatan dapat dengan mudah kita kenali, namun terkadang tidak menunjukkan secara sebenarnya bagaimana karakter dan suasana hati seseorang. Pada kasus tertentu terdapat keterpaksaan untuk berbuat sesuatu (contoh: agar terlihat baik di depan orang lain) sehingga tidak menunjukkan karakter yang sebenarnya dari seseorang.
4. Kebiasaan
Kebiasaan dapat dijadikan sebagai patokan utama menentukan kerakter seseorang karena sebagian besar kebiasaan terbentuk dari aktivitas alam bawah sadar seseorang. Hal ini terkait dengan karakter dan kepribadian seseorang yang lazimnya tersembunyi.
5. Penyelesaian terhadap masalah
Ketika seseorang menyelesaikan masalah, maka dia dipaksa untuk mengambil sebuah keputusan. Pada saat inilah, terlihat dengan jelas karakter seseorang, baik dari tutur kata, bahasa tubuh, ataupun perbuatannya.
6. Penampilan
Ada ungkapan yang menyatakan “penampilan seseorang bisa menipu”. Namun kita dapat juga menilai karakter seseorang dari penampilannya walaupun sifatnya tidak mutlak. Minimal dengan melihat penampilan seseorang kita dapat mengatur sikap dan perilaku kita selama mengenal orang tersebut lebih dalam.

Bagaimana? Sudah terbayang apa yang akan anda lakukan agar bisa mengenal orang lain dengan lebih baik?
Kali ini saya mencontohkan pelangan kita yang berasal dari orang lansia
Cara berkomunikasi adalah salah satu poin terpenting yang dapat menjembatani hubungan yang positif antara lansia dengan keluarganya, anak, menantu, cucu, dan lingkungan. Tips dibawah ini diharapkan dapat membantu dalam berinteraksi dan memahami orangtua kita yang sudah lansia.
1. Antusiasme. Beri mereka kesan bahwa anda suka berbicara dengan mereka, dan bahwa anda peduli kepada mereka. Ketika anda memberi mereka kesan bahwa anda sangat antusias berbicara dengan mereka, anda membuat mereka lebih percaya diri. Mereka akan lebih terbuka kepada anda.
2. Senyuman yang tulus. Ketika anda tersenyum pada orang, anda menyampaikan pesan bahwa anda menyukai mereka dan kehadiran mereka membuat anda bahagia. Senyuman anda akan menyebabkan mereka ingin tersenyum kembali pada anda yang secara langsung akan membangun hubungan positif antara anda berdua.
3. Kontak mata. Kontak mata yang kuat mengkomunikasikan kepada orang lain bahwa anda tidak hanya tertarik pada mereka dan apa yang mereka katakan, tetapi juga menunjukkan bahwa anda dapat dipercaya, tulus untuk bertemu dengan mereka secara langsung. Akibatnya, orang secara alami akan lebih memperhatikan anda dan memperhatikan apa yang anda katakan.
4. Menjadi pendengar yang baik. Dengarkan setiap kata yang mereka katakan dan beresponlah serelevan mungkin. Anda dapat bertanya setiap kali anda tidak mengerti pada hal-hal yang mereka katakan. Namun bila anda tetap tidak mengerti, berpura pura saja mengerti. Berusaha menerima alur berpikir mereka meskipun tidak sesuai dengan alur berpikir dan nalar anda. Tidak memotong pembicaraan, tidak mencela, tidak cenderung memberi nasehat, tidak menyalahkan, tidak membanding2kan dengan orang lain, dsb.
5. Panggilan sopan yang menyenangkan. Nama adalah salah satu kata yang memiliki nilai emosional yang sangat kuat bagi seseorang. Cara memanggil, intonasi dalam memanggil, sangat menentukan respon dari lawan bicara kita, khususnya lansia.
6. Menggunakan bahasa yang sederhana, pengucapan yang jelas, dan intonasi yang ramah. Bahasa yang anda gunakan, dan cara bicara yang jelas dan ramah membuat orang yang lebih tua dari anda merasa dihargai, dan ingin menghargai anda pula. Hal ini dapat menumbuhkan minat mereka untuk ingin mendengar lebih lanjut.
7. Menemukan dan mengangkat kelebihan mereka serta memuji usaha mereka: Mengatakan dengan jujur dan memberitahu mereka mengapa anda menyukai atau mengagumi mereka, membuat mereka merasa lebih berharga, lebih berguna, serta dapat meningkatkan motivasi mereka untuk lebih berkarya dan beraktivitas. Jika menyatakan secara langsung dirasakan kurang tepat, cobalah dengan pernyataan tidak langsung (dapat dengan menggunakan komunikasi non-verbal)
8. Menanyakan keinginan mereka. Ajukan pertanyaan terbuka yang akan membuat mereka berbicara tentang apa yang sedang mereka pikirkan. Tangkap cerita mereka, karena cerita itu biasanya penting untuk mendorong mereka dalam menumpahkan kegelisahan mereka.
9. Beradaptasi dengan bahasa tubuh dan perasaan mereka. Rasakan bagaimana perasaan mereka pada saat ini dengan mengamati bahasa tubuh dan nada suara. Dari sudut pandang ini, anda dapat menyesuaikan kata-kata, bahasa tubuh, dan nada suara anda sehingga mereka akan merespon lebih positif.
10. Bina kedekatan emosional. Misalnya dapat dengan menggunakan kata-kata seperti “kami, kita”, untuk segera membangun sebuah ikatan. Bila anda menggunakan kata kata tersebut, anda seperti menciptakan suasana bahwa anda dan mereka berada pada posisi dan tingkat yang sama. Kesamaan akan menyebabkan kedekatan emosional.

Tidak jauh berbeda dengan lansia, orang yang sedang sakit tentunya membutuhkan perhatian lebih dan kepekaan kita saat mengenali dan menindaklanjuti bentuk komunikasi yang akan kita berikan pada mereka.

ada beberapa hal yang dapat dicatat sebagai renungan, antara lain:
– Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengenali lawan bicara kita, tentunya diawali dengan pikiran positif dari kita.
– Sebagian besar komunikasi menggunakan aktivitas non verbal, coba kita mengenal lawan bicara tanpa harus
berbicara/ berbincang terlebih dahulu.
– Bangun suasana yang simpatik dengan menyapa, senyum, dan menciptakan suasana saling percaya dan hangat.

1.3 MENGENAL PEKERJAAN SEBAGAI PETUGAS KESEHATAN

Selain menghargai diri sendiri, dan orang lain, kita harus bisa menghargai pekerjaan yang kita lakukan. Jadi, kita perlu memilih pekerjaan yang kita anggap penting dan khusus sehingga kita melakukan pekerjaan tersebut dengan sepenuh hati dan penuh perhatian. Tentunya hal ini akan berimbas pada cara komunikasi kita terhadap masyarakat
Baiklah, untuk mempersingkat bahasan, coba kita renungkan dan tuliskan hasil pada kotak berikut ini.
Apa motivasi anda menjadi seorang petugas kesehatan
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Apakah motivasi tersebut sesuai dengan harapan sebenarnya menjadi seorang petugas kesehatan ………………………………………………………………
Mengapa? …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh petugas kesehatan Secara umum, petugas kesehatn bertugas memeriksa kesehatan pasien, membina kesehatan pasien, melayani keluhan kesehatan, mengamati penyakit dan menyehatkan lingkungan disekitar pasien. Namun pada hakekatnya, tugas petugas kesehatan adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap pasien dan masyarakat serta tugas-tugas administrasi tempat bertugas. Jadi tugasnya tidak hanya masalah medis dan keperawatan, namun juga administrasi dan perbantuan kegiatan kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan jejaring kerja dengan pihak terkait penyelenggaraan pemerintahan
Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatn dalam menjalankan tugasnya tidak hanya berkomunikasi dengan para pasien yang sangat bervariasi, namun juga dengan para petugas kesehatn lainnya yang berbagai jenis dan profesi. Kesiapan mental kita sebagai petugas tentunya perlu dilengkapi dengan kesiapan pengetahuan hubungan sosial di masyarakat, sehingga kita dapat membina sikap positif kita, yang berimbas pada efektivitas komunikasi kita pada orang lain.

KESIMPULAN
Bersikap yang positif dalam berkomunikasi sebagai petugas kesehatan dengan acuan sebagai berikut:
– Bersikap Netral
– Mampu mengendalikan diri maupun situasi
– Kreatif berfikir dan berencana
– Mampu menangani dan mengelola perubahan
– Optimis
– Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat positif secara efektif